
Buatlah kilauan-kilauan itu bermakna. Dengan pendengaran, penglihatan, dan hati atau pikiran yang jernih, memahami siapa kita? Dari mana kita berasal? Dimana kita berada saat ini? Dan kemana kita akan kembali?

Views: 641 *Aku = diri sendiri Dengan segala kebahagiaan yang aku rasakan. Aku tertawakan. Senyum menyeringai hingga gigi geraham tampak dari kejauhan. Seakan tiada lagi nestapa. Tergantikan dengan kelancaran dan kemudahan perjalanan hidup. Hingga hilang rasa pada sesama. Dengan segala…

Tak terlepas dari lisan manusia. Tak terlepas dari cercaan, hinaan, makian, karena kita manusia. Tak terlepas dari menggunjing atau mendapat gunjingan manusia. Tiap-tiap manusia yang berbudi pekerti luhur, pun yang mengalir mengikuti arus tak terhindar dari lisan manusia.

Berbagi, yang umumnya disebut sharing, begitu unik nan menarik. Dalam hal ini dimaknai bercerita, berkeluh kesah, dan menyulam senyum hingga tawa yang menggelitik.

Kesempatan, seputih susu, semanis madu. Menorehkan senyuman setelah ditunggu, menyalakan api semangat yang menggebu-gebu. Kesempatan, mahal harganya, murah melewatkannya.

Dengan segala pengetahuan yang aku miliki. Aku nikmati. Aku pertontonkan kepada orang lain. Seakan tahu segalanya. Lebih dari yang lain. Begitu mudah bagiku memahami suatu ilmu. Hingga tak sadar merendahkan orang lain yang tidak setahu diriku. Bahkan sebutan 'Alim sangat pantas diberikan kepadaku. More...

Ada bagian-bagian dari bumi ini yang begitu indah. Ombak lautan di bibir pantai, kicauan burung di hutan, mentari yang menyapa hari di puncak gunung, sejuknya hembusan angin pagi hari, sabana yang luasnya sejauh mata memandang, padang pasir, danau yang dapat berubah warna, kehidupan di dalam air yang belum pernah dilihat, juga berbagai bagian bumi lain yang belum terjamah.

Aku dibuat lupa dengan beberapa perkara. Siapa yang menghidupkan serta mematikan, memberi rizki, mencipta dan memelihara. Siapa yang menurunkan air dari langit dan menjadikan kapal dapat berlayar bebas di samudra. Siapa yang menghidupkan kembali setelah tanaman di bumi mengalami kematiannya. Siapa yang memulai penciptaan manusia dan mengulang kejadiannya hanya dengan air yang hina. Siapa, siapa, siapa, lalu pantaskah diriku lalai dari mencintaiNya.

“Idih-idih.” tiba-tiba pandangannya teralihkan karena berpapasan dengan seorang gadis yang begitu anggun. “Lihat jalanmu!” katanya dengan nada meninggi dan matanya membesar seperti ingin memberitahu sesuatu. “Aku melihat bi...” jawabnya terhenti dan bug! Lelaki itu berlumuran air comberan. “Dasar mata keranjang!” bentak gadis itu dan bug! Tumpukan bihun yang diangkat seseorang jatuh menimpa kepalanya. “Dasar mata gelap!” bentak lelaki itu ikut mengomel. Sontak orang-orang di sekitarnya memandang penuh mereka.

Kemana Ilmu Membawa Kita?
Bukankah ia telah menerangi jalan. Maka baik dan buruk mudah dibedakan. Namun apakah ia membawa diri kita menjadi congkak sehingga kita merasa tidak saling membutuhkan. Dengan angkuh kita mengatakan,