Menu

Semua Bukan Hanya Tentang Aku – Bagian 2

*Aku = diri sendiri

Dengan segala kebahagiaan yang aku rasakan. Aku tertawakan. Senyum menyeringai hingga gigi geraham tampak dari kejauhan. Seakan tiada lagi nestapa. Tergantikan dengan kelancaran dan kemudahan perjalanan hidup. Hingga hilang rasa pada sesama.

Dengan segala potensi yang aku miliki. Aku dalami. Seakan aku hebat pada banyak hal. Profesional pada banyak bidang dan orang lain harus mengenalku. Mereka harus mengapresiasi karyaku. Timur hingga Barat aku langkahi untuk dikenal dan dipercaya.

Dengan segala kehebatan orang lain yang harus aku tumpangi. Dia tidak boleh ada di atasku, aku harus menjatuhkannya. Akulah yang harus mendapat pujian. Aku dan apapun yang ada di sekitar adalah yang terbaik. Mereka kuangkat ke atas dan semua hendaknya berterima kasih kepadaku.

Aku menutup mata hingga terasa gelap. Di tengah malam dalam kamar dengan lampu yang padam. Bersama dengan kesunyian dan kesejukan malam. Lalu bangkit merasa diriku layak mendapat anugerah kebanggaan.

Baca Juga: Semua Bukan Hanya Tentang Aku – Bagian 1

Ternyata selama ini dia yang paling top. Ternyata dia yang sudah menyelamatkanku. Dia yang mengangkatku. Berkat dialah rezekiku bercucuran. Karena dia, aku terhindar dari bencana. Dia patut jadi kebanggan. Dia adalah orang paling berilmu yang hebat, teladan, gigih, dan tiada hina pada dirinya. Hanya dia satu-satunya kandidat terbaik. Dia adalah pemeran utama dan kita semua hanya figuran.

Namun, pernahkah aku berpikir bahwa semua ini bukan hanya tentang aku? Bangunlah, bangun, bangunlah, semua tentang orang lain.

Boleh jadi selama ini ada yang banting tulang hingga bercucuran keringat dan mandi darah untuk membuatku berdiri tegap. Penuh dengan kepedulian menahanku untuk tidak jatuh. Memapahku agar terus bangkit melangkah. Sebagai ujian apakah aku bersyukur atau merasa semua karena kemampuanku sendiri.

Boleh jadi potensi yang dimiliki adalah untuk kebermanfaatan bagi sesama. Menggandeng tangan mereka yang papa. Berkolaborasi dalam kebaikan bukan asyik sendiri menikmati kemakmuran. Dikenal untuk jadi pionir bukan merasa di atas dari yang lain.

Boleh jadi keadaan naik daun yang dialami menjadi langkah yang harus dicurigai. Apakah aku merasa lebih baik dari orang lain yang sedang memanjat. Menutup telinga dari nasihat. Sebagaimana Iblis telah memulai kisah sombong pertama di alam semesta yang menuai turunan-turunan akhlak buruk yang lain.

Aku harus sesegera mungkin bermuhasah, duri di jalananku adalah apa yang aku tabur dalam hidupku sebelumnya. Kegelapan dalam pandanganku adalah pelarianku dari kebenaran. Terik panas yang menjadikan ku haus adalah cerita lamaku yang lirih tak terdengar dan menguap. Hingga hinaan terhadapku adalah pujian yang tak terbalas.

Sungguh nestapa, aku.

TintaMu
Follow Us
Latest posts by TintaMu (see all)

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page

Beranda
Akun
Ebook
Cari
Ajukan
Karya
Utsman
Instal