Sebodoh apapun diriku, aku tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada jasadku dengan beramal kebaikan. Sebab sudah lama bahkan sejak kecil, telah mendapatkan pendidikan yang penuh kebaikan. Kamu juga pasti merasakannya. Terlepas dari bagaimana cara orang tua dalam mendidik. Namun, lingkungan kita mayoritas adalah orang-orang baik. Manusia yang sadar bahwa dirinya membutuhkan sesuatu sebagai sandaran. Menjadi seorang hamba. Yang takut dan berharap kepada sesuatu. Merasa berdosa bila berbuat buruk. Berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk meraih tempat kembali yang mulia.
Dua tahun terlupakan begitu saja. Enam tahun berikutnya juga tak terasa. Berlanjut tiga tahun lamanya. Di akhiri tiga tahun yang penuh cinta. Masa-masa yang terindah dalam meraih pendidikan dan menempa diri. Mengasah kemampuan, minat, dan bakat. Selama itu aku dan kamu belajar kebaikan. Selama itu dipupuk untuk menjauhi kemungkaran. Selama itu apakah terlupakan begitu saja? Bagi kita yang berhasil membangun imunitas diri, benteng diri, atau prinsip, maka dimanapun tempat hidupnya tetaplah akan berbuat baik. Bagi kita yang masih mengalir mengikuti arus yang ada, pilihlah arus yang menghantarkan pada tujuan yang baik.
Kebaikan itu indah. Seperti tersenyum kepada siapa saja. Berbagi makanan dan minuman. Berkemah bersama. Tidak iri atau dengki kepada orang lain. Tidak menyombongkan diri sendiri. Dan masih banyak lagi. Rasakan nikmatnya semua itu. Benar, begitu indah.
Maka sebaiknya, lindungi diri dengan membangun imunitas. “Saya adalah orang yang selalu sholat wajib lima waktu.” maka dimanapun tempat hidupnya, dia adalah orang yang tidak pernah meninggalkan sholat wajib dalam keadaan apapun. “Saya adalah orang yang selalu berbagi.” maka tak peduli apa kata orang dan sesempit apa hidupnya, dia tetaplah orang yang selalu berbagi meski hanya secuil roti.
Sesulit apapun kehidupan ini, semuanya akan berakhir kepada suatu tempat kembali. Kemudahan juga kesulitan semuanya berputar dan menghampiri silih berganti. Berlaku bagi siapa saja yang hidup di atas bumi.
Jangan sampai datang penyesalan yang abadi. Yang tak akan merubah keadaan yang telah dilalui. Lalu meminta agar dihidupkan kembali walau sebentar untuk berbagi meski diri sendiri belum tercukupi. Sungguh hal ini begitu ngeri.
Belasan tahun lamanya, puluhan tahun lamanya, dihadapkan dengan orang lain yang berbuat baik lalu mendapat imbalan kebaikan tiada hentinya. Belasan tahun lamanya, puluhan tahun lamanya, dihadapkan dengan orang lain yang berbuat buruk lalu semakin buruk dan buruk hidupnya. Lalu dengan pendengaran, penglihatan, dan hati (akal), kita tetap tidak bisa memilih yang terbaik untuk hidup kita? Semoga Allah menolong kita untuk tetap berbuat yang baik, aamiin.
Tetaplah di Jalan yang Baik
Sebodoh apapun diriku, aku tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada jasadku dengan beramal kebaikan. Sebab sudah lama bahkan sejak kecil, telah mendapatkan pendidikan yang penuh kebaikan. Kamu juga pasti merasakannya. Terlepas dari bagaimana cara orang tua dalam mendidik. Namun, lingkungan kita mayoritas adalah orang-orang baik. More...